Saturday, April 14, 2012

Perayaan Cinta


Sebagaimana sering diistilahkan bahwa anak adalah buah cinta dari kedua orang tuanya, maka kami sebagai orangtua mau anak-anak kami tumbuh dalam kehangatan cinta dan kasih sayang. Keinginan yang wajar dari setiap orang tua ya? Oleh karena itu sejak saat kelahiran mereka hingga sekarang, kami berusaha merayakan cinta kami terhadap mereka yang salah satunya adalah memperingati setiap 'pencapaian usia' dengan adat istiadat dan budaya dari kami orangtuanya. Dan kebetulan kami dari dua latar belakang budaya berbeda, saya dari Bali sementara papanya Tionghoa. Dua budaya yang awalnya bagi kami sendiri adalah budaya yang sangat berbeda namun semakin kesini semakin kami menemukan bahwa banyak persamaannya.

Dari semenjak kelahirannya, Bodhi dan Citta, sudah kami rayakan secara Bali dan Tionghoa. Ari-ari mereka kami upacarai dengan adat Bali dan ternyata kami menemukan bahwa dalam adat tionghoa juga ada detail yang mirip seperti misalnya membekali dengan benda-benda tertentu sebagai simbol harapan dan doa orangtua. Ketika berusia 30 hari sesuai kalender Cina, maka kami merayakannya dengan telur merah dan gunting rambut sesuai tradisi Cina. Di saat itu, mertua dan keluarga dari pihak suami datang untuk membantu. Tapi upacara adat Bali saat usia 42 hari kami lewatkan, karena kami pikir sudah dijalankan tradisi Cina di usia 30 hari. Lalu saat usia 3 bulan dan 6 bulan secara kalender Bali, kami rayakan dengan upacara adat Bali. Dan untuk bagian ini, ibu saya yang kebagian seksi repotnya. Kemudian saat mereka mencapai usia setahun, berbarengan dengan ulang tahun pertamanya, kami tetap tambahkan upacara tradisi Cina yaitu anak diberikan pilihan barang-barang seperti misalnya dompet/kertas angpaw, buku, kalkulator, stetoskop (kalau yang ingin anaknya kelak jadi dokter), bahkan bisa jarum dan benang jahit. Mungkin harapannya nanti besar anaknya jadi designer pakaian ya :)

Bagi kami, semua itu sangat menyenangkan. Selain menjaga tradisi kami juga mengambil moment itu untuk menegaskan harapan kami kepada anak-anak, harapan umumnya orang tua yaitu semoga mereka selalu berbahagia. Disamping itu juga kami ingin membahagiakan orang tua kami, dengan menjalankan tradisi yang mereka dulunya juga jalankan untuk kami anak-anaknya. Terlihat dari bagaimana mereka para kakek dan nenek begitu bersemangat menyiapkan upacara untuk para cucu tersayang.

Kalau ada yang beranggapan menjalankan tradisi adalah pemborosan, tapi bagi kami tidak sama sekali. Karena kami selalu menjalankannya dengan sederhana, sesuai kemampuan kami. Tidak perlu mengundang banyak orang, justru disaat seperti itu kami hanya ingin merayakannya dengan orang-orang terdekat. Karena bukan hebohnya acara yang kami inginkan, kami justru ingin yang santai kekeluargaan. Bahkan jika ada yang beranggapan itu hanya takhayul, kami juga tidak peduli. Karena dasar kami menjalankannya, bukan semata keinginan heroik sebagai pelestari budaya dan adat istiadat, tapi tujuan kami seperti yang disebutkan di awal semata ingin merayakan cinta. Cinta kami kepada anak-anak, juga cinta kami kepada orang tua kami.
Citta gunting rambut saat umur sebulan. Ini sesuai tradisi Cina, walaupun saat itu yang menggunting rambut Citta adalah seorang Bikhu Buddhist yang khusus menyempatkan diri datang ke rumah kami di pagi buta. Berkah bagi Citta dan kemi sekeluarga :)

Upacara 3 bulanan secara adat Bali, di saat ini pertama kali Citta secara resmi boleh menginjak tanah.

Ulang tahun pertama dibarengi dengan tradisi memilih barang.
Saat itu Citta memilih telur dan jarum+benang jahit.
Kata mertua, anaknya doyan makan dan calon designer ^_*
Doyan makannya hmmm masih tetep agak memilih sih, maunya yang tasty.
Soal calon designer, hmmmm kita lihat saja nanti ya.
Just for fun :D

Note:
Kalau fotonya kebanyakan untuk acara Citta, itu karena saya males ngubek file-file lama untuk acara Bodhi :) *Bukan mama pilih kasih ya koko....
Foto paling atas,Bodhi dan Citta, diambil saat upacara ulang-6-bulan Citta. Berhubung upacara 6 bulan yang pertama kami sedang tidak di Bali karena berbarengan dengan saat kami merayakan tahun baru Imlek di Palembang, jadi baru diadakan Maret 2012 yang lalu. Oh ya kalau sesuai kalender Bali itu peringatan hari kelahiran bukan setahun sekali tapi 6 bulan sekali, karena dalam kalender Bali hanya terdiri dari 210 hari.
Jadi begitulah, karena kami tidak secara ketat juga mesti plek sama persis, tapi lebih ke sempatnya kami, semampunya kami, jadi tidak ada beban tidak ada paksaan. Ya karena itu tadi, yang atas nama cinta tak boleh ada kata memaksa :)

2 comments:

"ncies" said...

bahagia rasanya masih bisa mersakan tradisi kaya gitu kok mba, moment yang indah untuk dikenang nantinya...

Seneng banget lihat poto bocitt, rukun dan akur...
semoga selalu sehat ya mereka...:)

Luh Ayu said...

Bener Galuh, beruntung masih bisa menjalankan tradisi ya, karena tidak semua orang punya kesempatan :)