Sunday, March 25, 2012

Semua baik adanya.

Ini tentang obrolan saya dengan ibu saya tadi.
Ibu saya udah lama nggak nginep di rumah karena berbagai kesibukan, dan salah satunya yang cukup menyita waktunya sekarang adalah menjaga nenek saya (dari pihak bapak) yang sedang dirawat di rumah setelah operasi menyambung tulang pinggulnya yang patah.
Saya bilang ke ibu, bahwa ada seseorang yang nanyain kenapa ibu udah lama nggak nginep di rumah saya. Ya saya bilang alasannya salah satunya karena alasan di atas itu. Trus yang bertanya itu nambahin, emangnya bapak kamu saudara berapa orang sih? Saya jawab: dua. Nah kemudian berlanjut lagi deh dengan komentar: "susah juga yang kalau anak cuma dua." err... saya merasa tersindir karena saya dan suami memang berencana punya anak dua saja, dan dia tahu itu. Sementara yang bertanya ini anaknya tiga. Tentu saya nggak terima, karena bingung susahnya dimana? Bukannya malah enak nggak kebanyakan anak di jaman serba mahal ini? Tentu saya nanya dong dan jawaban dia, ya karena kalo cuma dua sedikit yang diajak berbagi tanggung jawab ngurus orang tua. Ehm, karena saya tidak setuju sayapun menjawab: "ah yang anaknya banyak juga belum tentu ada yang ngurus. Kalo semuanya memilih merantau, ya tetep aja sendirian kan ortunya?" Dan seperti biasa, diapun tak mau kalah,"tapi tetap aja lebih mending, karena ada pilihan." Berhubung saya tahu kalau berbicara dengan dia tak akan ada habisnya sayapun akhirnya berkata "seperti kata Ajahn Bhram, All is well. Anak satu,dua,tiga,sepuluh,tak ada anakpun, semua bagus". Hasilnya?? Dia mingkem. Ya karena saya bukan siapa-siapa saya merasa perlu mengutip kata-kata seorang bikhu. Karena siapa sih saya ini, orang nggak penting, orang bodo.
Mendengar cerita saya itu, Ibu saya cuma ketawa,trus cerita kalo sehari sebelumnya saat dia ke pasar untuk belanja persiapan Nyepi ketemu dengan penjual canang (sesajen yang berisi bunga-bungaan) yang sudah tua berbadan bungkuk. Dan kebetulan dia mendengar si ibu tua itu sedang bercerita dengan pedagang di sebelahnya. Bahwa dia sudah berangkat dari rumah sejak pukul tiga pagi, walaupun kondisi hujan deras. Kata dia, kalo dia ngga ke pasar dia udah telanjur buat canangnya dan dia nggak ada bekal buat persiapan Nyepi. "Loh, memangnya ibu nggak ada anak? kok sampe nggak ada yang ngasi bekel nyepi?" Dan jawab si ibu itu, "ada... anak saya 4." Heeee, kata ibu saya semua orang jadi noleh. Loh anaknya empat tapi kok ibunya masih mesti jualan di pagi buta di tengah hujan deras??? Emangnya anak-anaknya kemana??? Si ibu tua itu bilang, "anak-anak saya nggak ada yang peduli sama saya." Nah tuh, bagaimana dong kalo begini? Anak empat ya tetep aja orang tuanya nggak keurus. Kata ibu saya,"Nggak berperasaan ya anak-anaknya."
Hmmm saya lalu jadi mikir. Tapi mikirnya malah, memangnya apa yang sudah dilakukan si ibu ini sampai semua anaknya tidak ada yang peduli pada dia? Walaupun memang semestinya dan yang sewajarnya adalah kewajiban anak tetap sayang dan memperhatikan orang tuanya walau bagaimanapun dia. Saya merasa kalau kita nggak bisa dan nggak boleh menghakimi orang lain hanya berdasarkan sepotong kejadian atau sepenggal pembicaraan yang tentu amat sangat tidak mewakili kondisi keseluruhan. Lalu saya sampaikan pemikiran saya itu ke ibu dan mencontohkan kondisi tetangga ibu saya yang mana si ibu nggak memperhatikan anak-anaknya, anaknya ngurus diri sendiri. Nggak pernah memeluk dan mencium anaknya, yang ada hanya memarahi dan memaki bahkan dengan kata-kata yang tidak sepantasnya disebutkan oleh seorang ibu kepada anak darah dagingnya. Dengan sok bijak saya bilang, "mungkin saja kan kejadian yang dialami si ibu tua itu sama dengan si tante A yang tetangga ibu. Kita nggak bisa langsung menghakimi anaknya ,Bu. Semua akibat pasti ada sebabnya. Entah sebab di kehidupan sekarang atau dikehidupan kita terdahulu" Ibu saya manggut-manggut tapi masih menerawang. Lalu saya lanjutkan, tapi bagaimanapun ya memang gak boleh kita balik jahat sama orang tua kita kan bu..??". IYA, jawab ibu saya mantap hehehe.
Bagi saya pribadi, menjadikan jumlah anak sebagai tolok ukur kebahagiaan orang tua sekarang dan nanti, sama konyolnya dengan mengukur kebahagiaan dengan anak perempuan atau lelaki yang dimiliki sebuah keluarga. Bahkan kadang ada yang lebih konyol lagi, lebih enak mana punya anak perempuan duluan atau laki-laki duluan. #sigh
Ah pembicaraan yang sangat bermakna dengan Ibu saya hari ini.
Love you Ibu. Semoga saya bisa memberi makna bagi kehidupan ibu ya, meski saya tahu hutang saya tak kan pernah terbalas. Tapi mohon berikan doa ibu untuk saya, semoga setidaknya saya mampu membayarnya walau mungkin hanya seujung kuku. Dan saya akan selalu menjalani seperti itu, menyayangi Ibu sepenuh hati.

Friday, March 23, 2012

RUmah Kami

Ini postingan gara-gara habis blogwalking dan entah kenapa banyak nemu link yang ngomongin rumah idaman.
Singkat aja sih. Rumah yang nyaman itu yang gimana sih?
Bagi saya, rumah yang nyaman itu yang pas dengan kebutuhan bukan keinginan.
Dan saya meyakini rumah yang kami miliki sekarang memang yang kami butuhkan.
Karena dia bertumbuh seiring pertumbuhan kebutuhan kami.
Dia seperti bergerak mengikuti perkembangan keluarga kami.
Setiap incinya sesuai dengan yang kami butuhkan, bukan seperti yang kami inginkan apalagi yang orang lain anggap baik dan bagus.
Rumah ini memang tidak akan pernah sama seperti yang kami 'inginkan' dari melihat-lihat buku atau majalah property.
Tapi rumah ini sesuai dengan kami. Dia ikut melengkapi kami :)

Ikan dan Ayam Mandi Tomat

Sebelum lupa, saya mau posting ah resep ini disini. Sebabnya, saya suka banget dengan usaha dan hasilnya. Dalam artian, minim usaha tapi hasil maksimal. Hahah memang pas sekali dengan saya yang tidak suka masak yang ribet.
Resep ini aslinya dari buku catering makanan anak sekolah karangan Pak Wied Harry. Dan saya memang jatuh cinta banget sama buku ini, karena bahannya simple mudah didapat, caranya mudah dan dari resep-resep yang sudah saya praktekkan 95% hasilnya,saya dan keluarga suka. suka-suka-suka!
Saya awalnya mencoba sesuai resep asli, patuh secara bahan dan proses penyelesaianya. Yaitu dipanggang. Berhubung saat ini tidak punya grill pan, maka saya pakai wajan teflon biasa. Dan hasilnya sukses gosong :D Bumbu juga jadi nggak kerasa, yaeyalah rasanya pasti gosong juga dong ya. Akhirnya setelah panggangan pertama yang gagal itu, saya nggak mau dong gagal kembali. Akhirnya saya melirik si oven cosmos mungil imut saya. Dimasukin aja semua kesana dengan bumbu perendamnya. Tapi salahnya saya, tidak dilapisi dengan aluminium foil. Hanya ditaruh begitu saja di grill tray-nya. Tapi hasilnya masih lebih baik. Daging ayam matang sampe kedalam, tapiiiii saus perendamnya gosong berkerak. Hahaha. Nah tapi setidaknya bisa dimakan ya. Maka kamipun memakannya, dan semua happy. Ah senangnya.
Karena semua happy meskipun bersaos minimal (karena sisanya jadi kerak) saya penasaran mencoba lagi besoknya. Kebetulan juga si papa baru beli ikan gindara fillet dan ayam fillet (iya ini si papa yang belanja, papa gak keberatan kok saya titip-titip groceries, dan sekarang beliau udah makin pinter dong dibanding dulu yang nggak tau bedanya buncis sama kacang panjang :P Memang itulah ganjaran kalo jadi suami rajin, tahu jenis-jenis sayuran dan ikan hahahah)
Nah jadi saya beginiin nih penyelesaiannya (secara bahan nggak ada yg diubah paling takarannya aja yang akhirnya sesuai selera saya).

*Bahan saus perendamnya:
3 buah tomat merah ukuran sedang/besar, diparut atau diblender,
garam+merica secukupnya
2sdm kecap manis
1sdm minyak kelapa/olive oil
1sdm seledri cincang (ini saya tambahin sendiri karena saya selalu suka sensasi aroma seledri, segerrr)
asam jawa secukupnya (kalo saya agak banyak dikit makenya karena suka asamnya yang bikin nggak eneg)
Nah dicampur aja itu semua bahan sausnya. Lalu cemplung dagingnya. Kalau bisa didiamkan beberapa saat sebelum dipanggang. Perasaan saya sih jadi lebih enak, karena bumbu lebih meresap.
*Untuk dagingnya bisa fillet ayam aja, atau dicampur fillet ikan. Mungkin nanti-nanti bisa coba tahu tempe jamur untuk yang vegetarian.
*Setelah itu barulah dipanggang di oven dengan suhu 190 derajat C. Selama 45 menit. Ya mungkin bisa kurang secara ayam dan ikan cepet matengnya. Tapi saya agak-agak nggak percaya dengan kemampuan si oven saya ini. Yah besok-besok saya coba deh 30menit, kalo ternyata mateng dan empuk, tentu lebih hemat listrik ya :)
Oh ya untuk tidak mengulangi tragedi saus berkerak saya tidak jadi pakai alumunium foil sebagai alasnya, saya pakai wadah tahan panas. Jadi cemplung semua,begitu matang tinggal sajikan. Hemat gak buang-buang aluminium foil dan praktis juga.
Akhirnya....bagaimana?? bagaimana hasilnya??? berhasil-berhasil! Lebih enak dan tak ada yang terbuang sama sekali dari saus perendamnya. Anak-anak juga suka banget sausnya disiram di atas nasinya.
Nah untuk menemaninya paling pas bikin vegetable stew alias ditumis-tumis aja segala macam buncis potong, kacang polong, wortel dadu, dengan bumbu garam merica bawang putih dan bawang bombay.
Sungguh menu yang sangat praktis untuk yang tak suka ribet.
#saya baru inget kalo pernah makan model-model yang kayak gini di Warung Itali di seminyak. Tapi lebih enak yang ini dong #sombong!
## saya baru ingat lagi dan terkenang-terkenang pas duluuu kecil sering dimasakin sarden ikan sama bapak atau ibu saya. Yak mirip begini rasanya. Tapi tentu lebih enak yang ini karena segar #sombong kembali.
### karena ikan gindara itu lembut banget teksturnya dan putih warnanya, maka pas ngambil daging-dagingnya, saya dan si papa suka tebak-tebakan, ayo ini ayam atau ikan? #Yang bener boleh makan, yang salah ya tetep boleh makan juga.
#### Saya mikir mungkin bisa bikin ayam betutu pake cara ini. Pake fillet ayam aja, jadi gak perlu punya panci presto pun bisa dimasak dengan cepat dan hasilnya lembut.

Fotonya nyusul ya, kalo nanti bikin lagi :D

Wednesday, March 21, 2012

Menjalaninya...

Sebenernya ini sudah jam tidur dan mesti harus tidur, kalau saya tidak mau bangun kesiangan besok yang artinya gedebak gedebuk siapin sarapan, apalagi kalo bangunnya sampe berbarengan sama boss-boss kecil, yang sudah dipastikan bangun tidur langsung lapar atau pengen ngunyah. Tapi apa daya, anak-anak sepertinya bakalan pilek nih. Citta malah sudah dari tadi pagi, hidungnya meler. Mungkin karena hujan tak berhenti,tak ada matahari, kondisi badan mereka mungkin drop karena kecapean jalan-jalan terus sejak kamis yang lalu. Plus sempet kena angin kencang beberapa kali. Nah, kalau sudah begitu alamat saya begadang karena mereka bergantian bangun. Tapi sekarang sih sudah ketiduran semua setelah dibuatkan air panas seember yang ditetesin minyak kayu putih. Ini theraphy andalan kalau anak-anak (bahkan papamamanya) mulai mampet hidungnya karena pilek. Eh belum lagi ini ada 'gangguan' dari yang berlatih bleganjur (gamelan dengan nada bersemangat 45) sampe tengah malam dan udah berlangsung semingguan ini. Mungkin persiapan untuk Int'l competion (kaleee), ah semoga menang aja ya. Kan kesian tuh udah latian sampe tengah malem tiap hari, walopun mereka nggak kesian sama yang terganggu istirahat malamnya.
Sekarang anak-anak udah tidur, papanya juga udah nyenyak. Saya? Malah kehilangan rasa kantuk. Hiks. Sering banget seperti ini. Dan karena saya itu menghindari banget begadang (kan katanya begadang itu berbahaya :D) jadi kadang frustasi sendiri kalo sudah kehilangan rasa kantuk di tengah malam. Kadang ngiri sama suami. Eh nggak bener ini, udah ngirian sama suami sendiri pulak. Tapi ya ini jujur, lebih baik jujur daripada nggak jujur toh?? Kalo mau bilang saya bukan istri yang baik, silakaaan... nggak bakal saya tuntut ke pengadilan. Saya tuh mikirnya, kalo soal capek, ya sama-sama capek. Kalo soal kerja, ya sama-sama kerja juga. Tapi kok saya yang lebih sering kebagian nggak bisa tidurnya? Sementara si papa gampang banget dapet kemewahan ini, tanpa perlu sering-sering kebangun. Nah tapi salah siapa dong kalo saya gampang kehilangan rasa kantuk? Bukan salah si papa sih memang.
Sama satu lagi yang bikin saya kadang ngiri. Eh mam,sekali aja ngiri udah nggak bagus, apalagi kadang-kadang yang berarti lebih dari sekali yak :P. Kalo ada saya, anak-anak lebih milih gerecokin mamanya deh. Ada aja yang ditanyain, ada aja yang diperlukan, ada aja tingkahnya yang 'aneh-aneh' seperti saling bergulat di badan saya lah (eh iya ini Citta udah bisa lho main bergulat-gulat gitu sama kokonya). Kalo pas pengen baca buku, ada aja yang ditanyain. Padahal ada papanya. Jadi baca satu alinea itu bisa bolak-balik, nggak mudeng-mudeng karena diinterupsi terus. Kalo baca bukunya sambil tengkurap, tiba-tiba salah satu atau bahkan keduanya udah duduk di punggung saya. Kalo lagi masak, ada aja requestnya jadi kadang ya kalo yang masaknya krusial, saya suka bilang: "Itu ada papa gitu lhoooo, sana sama papa dulu" Huh, ngusir :))
Si papa sih bukannya nggak mau membantu, kadang papa juga bantu ajak salah satu atau dua-duanya untuk menjauh dari saya, tapi ya gitu deh bentar-bentar inget mamanya. Kalo cuma beda lantai, misalnya saya di kamar atas dan mereka main di lantai bawah, mereka bisa tiba-tiba berubah pikiran, "mau cari mama!" Kalo Bodhi sekarang udah mendingan udah jarang, tapi si nyonyah kecil, her wish is our command hahaha. Aduuuh lagi-lagi saya ngiri. Kalo si papa bisa nonton banyak vcd film-film kesukaannya , bisa baca buku-bukunya, kalo saya suliiiit.... Ini TV cable aja mau dicabut aja deh, amat sangat jarang nontonnya. Anak-anak juga nggak terlalu addict sama acara tv, yang penting ada youtube :))
Ya sebenernya bisa sih, kalo malem-malem seperti sekarang ini saya begadang aja supaya bisa memuaskan hobi yang nggak bisa dilakukan di siang hari atau saat anak-anak belum tidur. Tapi seperti yang sudah saya bilang, kalo bukan karena terpaksa saya itu nggak mau begadang. Menurunkan daya tahan tubuh kan itu? Kalau saya sakit, anak-anak gimana dong? Si papa juga nanti repot, kan kesiaaaan. Tuh kan walaupun saya suka ngiri saya orangnya pengasih kok whuaahahahaha #pret.
Tapi malam ini, cieeeh saya sempat berpikir sambil bengong menyusui Citta tadi. Kalau bukan saya, terus sama siapa dong anak-anak mesti dekat? Kalau saya nggak belajar menjalaninya sebaik-baiknya sebagaimana adanya kondisi ini sekarang, kasian si papa juga kan kerja nggak tenang. Nanti rejeki bisa kabur, kan saya mau anak-anak sekolahnya yang sebaik-baiknya, dan saya mau jalan-jalan keliling dunia sekeluarga. #mimpi itu memang harus yang indah-indah mam. Kalau saya ngirian, saya nggak bakal bisa iklas dan itu bikin pekerjaan jadi berat. Yes, sebagai ibu juga sebuah pekerjaan. Awas ya berani menghina ibu-ibu rumah tangga itu pengangguran!
Kalau seperti sekarang, memang saya nggak bisa tidur tapi anak-anak dan suami bisa tidur nyenyak. Satu banding tiga! Mestinya saya bahagia dong. Kalau semua nggak bisa tidur, lebih banyak lagi kerugian materiil dan immateriil yang bisa timbul#aih serius ceritanya ya mam. Dan apa sih yang bisa saya jadikan penghiburan buat diri sendiri (kalau nggak mau dianggap sebuah kesombongan). Karena siapa coba mereka semua bisa tidur nyenyak?? karena siapa???Hayooo karena siapa?? ya karena mama doooong. #muahahahaha ketawa jumawa.

Tuesday, March 20, 2012

My Valentine


Awalnya Bodhi memeluk saya erat dari samping.
Saya bertanya, "kenapa koko tiba-tiba peluk mama?"
Dan Bodhi menjawab,"Karena Bodhi sayang mama. We are Valentine ma."
Aiiih, antara senang dan bingung. Bingungnya, tahu dari mana dia kalau Valentine itu identik dengan kasih sayang. Dan harus berpelukan :)
Love you my Valentine :)

Monday, March 19, 2012

Bodhi, si anak sedang bershio Angry Birds

"Bodhi bukan anak kecil ma, bodhi anak sedang."
"Mama, Bodhi nggak bisa ambil gelasnya, Bodhi masih anak medium."
Heee apa pula itu anak sedang, anak medium?? Ada anak kecil, anak besar, dan buat Bodhi ada istilah anak sedang. Bagi Bodhi, dedek Citta itu anak kecil atau baby, papa mama itu orang besar, kalo Bodhi ya anak sedang :D sepertinya ini gara-gara belajar membandingkan ukuran deh, ada kecil ada sedang ada besar :))

Nah, sekarang itu sudah berganti dong ya masa keemasan Thomas & friends di rumah, digantikan dengan yang hit sekarang Angry Birds. Kemarin itu salah satu saudara ada yang nanya, Bodhi itu shio babi kan ya? "Bukaaaaan, Bodhi shio Angry Birds!!!"
"Heee mana ada ko shio angry birds, koko" kata mama.
"Nggak mau... Bodhi nggak mau shio babi, nanti ditembakin sama angry birds, Bodhi mau jadi angry birds nya aja!"
Oh Ok.

Sunday, March 18, 2012

Sebuah Akhir Minggu di Sanur

Setelah minggu lalu getaway ke Nusadua yang mana kita dapetnya gratisan. Minggu ini lagi-lagi kita dapet gratisan menginap di sebuah hotel di Sanur. Kalau yang minggu lalu kita hanya bisa manfaatkan sabtu dan minggu (abisnya jauh booo ke nusadua kalo mau bolak balik ke rumah karena Bodhi sekolah dan papa mesti kerja), maka yang kali ini kita manfaatkan bener-bener mulai dari Kamis malam sampai Minggu siang :D Karena Sanur dekat dengan rumah, jadi semua aktifitas bisa tetap seperti biasa hanya pindah tidur dan sarapan di hotel, dan di hari sabtu saat Bodhi libur kita bisa berenang. Saya tentu senang yaaa, bebas merdeka nggak usah nyiapin sarapan dan sejenak terhindar dari mati gaya di pagi hari. Tapi setelah menjalani sarapan 3 hari berturut-turut di restoran hotel, saya kangen sarapan di rumah -_-. Walaupun makanannya banyak dan beragam, tapi di hari ketiga semua jadi biasa-biasa aja. Hih memang bener ya, di saat terlalu banyak pilihan maka yang sederhana baru terasa nikmatnya. Buktinya saya kangen sarapan di rumah dengan masakan seadanya ala saya. Ah nggak jadi deh ngiri sama temen saya yang dapet fasilitas tinggal di hotel karena suaminya petinggi di sebuah hotel bintang lima. Saya ngiri dia bebas pusing saat memikirkan menu sarapan. Eh tapi saya sendiri nggak pernah nanya dia langsung sih, seneng atau justru bosan?
Nah di hari Jumat saya baru ngeh setelah saudara yang ngasi kami fasilitas kamar gratis itu mengingatkan kalo Ajahn Bram akan mengadakan talkshow di hotel tempat dia menginap, yang mana itu artinya disebelah hotel tempat kami menginap sekeluarga. Oh ya saya memang bermimpi bisa mengikuti ceramah beliau secara langsung, selain membaca buku-bukunya. Tapi nyontek perumpaan seorang mama blogger yang pernah saya baca, banyak ambisi yang sudah hanyut seiring hanyutnya air ketuban hahaha. Walaupun dalam kasus saya ini mungkin agak berlebihan istilah itu, tapi asli bener sungguh sumpah#eh, saya cuma bisa membayangkan untuk saat ini akan bisa ikut talkshow beliau. Lha ternyata memang ya, kalo kita niat itu selalu ada jalan, kok pas di hari sabtu itu beliau ceramah di hotel di sebelah hotel kami, trus pas saudara juga nginep disana. Jadi??? itu artinya anak-anak bisa dititip sementara saya ikut talkshow. Singkat cerita akhirnya saya bisa ikut talkshow dan merasa terharu beneran saya nggak lebay saya terharu sampe berkaca-kaca, ternyata jalannya begitu dimudahkan. yearite mungkin saya berlebihan bagi orang lain, tapi sungguh saya terharu dan berterimakasih pada semesta yang menggenapkan semua kondisi supaya ini terjadi :)
Daaan di hari sabtu itu juga Bali diamuk hujan dan angin puting beliung. Begitu acara selesai kami akan kembali ke hotel, belum sampai 10 detik meninggalkan lobby tiba-tiba hujan deras dengan tiba-tiba dan angin mengamuk. Jalan tidak kelihatan dari balik kaca mobil. Guntur menggelegar. MUngkin Bodhi melihat saya gelisah, dia bilang jangan takut ma, it's just storm. Eh...tapi, begitu sampai di lobby hotel tempat kita menginap, mau buka pintu mobil aja susah karena didorong angin. Dan tiba-tiba duarrrr, ternyata lampu taman di dekat kita meletus. Lampu gantung yang sangat besar bergoyang-goyang, sampai-sampai papa yang parkir karena mau menurunkan kita di lobby disuruh mundur menjauhi lampu, takut ketibaaaan...hiii. Pokoknya itu angin kenceng banget, lobby aja sampe banjir lho! Dan Bodhi udah nggak tegar lagi hehehe dia ikut panik, sampe gemetar dan petugas hotel nanya: adek nggak apa-apa?. Citta lebih tenang, tapi kekep topinya terus-menerus takut terbang :) Dan keesokan harinya sewaktu jemput saudara ke hotel di sebelah, wiiiih itu pohon-pohon raksasa banyak yang tumbang :(( untung yaaa kita sudah keluar dari halaman hotel itu, secara hotel Grand Bali Beach itu kan hotel yang udah lama, bisa dibilang hotel berbintang pertama di bali kali yah, jadi kebayang ya gimana gedenya pohon-pohonnya. Nanti saya update deh foto pohon tumbangnya, semua foto-foto masih di hp si papa sih.
Heboh banget ini wikennya oleh kejadian-kejadian tak terduga. Nggak ngemol melulu,tapiiiii saya jadi khawatir juga ini anak-anak nanti mikir nginep dan berenang di hotel adalah agenda tiap minggu, dan minggu depan mereka nagih. Aish gawat kalo sampe begitu :))

Wednesday, March 14, 2012

Yuk Mengunyah!


Sewaktu ikut workshop masak makanan enak sehat 'alami' bersama pak Wied Harry tempo hari, beliau sempat menyinggung masalah emosional orang-orang khususnya anak-anak jaman sekarang yang cenderung meletup-letup tidak sabaran. Ternyata itu ada hubungannya dengan pola makan dan gaya hidup orang jaman sekarang yang mauya serba praktis instant tapi enak di lidah dan seringkali melupakan bahwa makan itu bukan sekedar memuaskan lidah memanjakan rasa. Instant. maunya serba cepat dan praktis, alasannya sibuk nggak banyak waktu. Padahal makanan sehat dan slow food itu nggak mesti ribet lho, kita sendiri aja yang sering bikin ribet, dikarenakan lidah yang sudah termanjakan dengan cita rasa yang kita namakan enak. Padahal enak itu relatif ya. Dan sesungguhnya tidak ada standar rasa enak yang baku. Jadi kalau mau enak, ubah aja settingan standard enak di otak kita.
Kembali ke masalah emosional. Ternyata kebiasaan kita mengunyah makanan sampai lembut, tidak tergesa-gesa menelannya itu berhubungan dengan saraf-saraf di wajah dan berhubungan dengan otak yang mengatur emosional manusia. Pun kebiasaan makan-makanan yang cukup keras, yang bertekstur, yang memerlukan proses mengunyah lebih lama juga berpengaruh. Dicontohkan bahwa orang sekarang lebih senang makan semangka tanpa biji dibanding yang berbiji banyak, dengan alasan repot dan nggak nikmat makannya. Padahal saat kita memisahkan biji-biji semangka dari daging buahnya dengan lidah kita menggerak-gerakkan rahang dan berkaitan dengan pengelolaan stress dan emosi, sekaligus sama dengan senam wajah yang ehm bikin kita terhindar dari kerutan yang belum saatnya timbul di wajah. Dengan kata lain bikin awet muda ahaaay.
Nah coba saja perhatikan, para atlet sebelum bertanding banyak yang mengunyah permen karet kan? Itu katanya untuk menurunkan kadar stress mereka sehingga tidak mempengaruhi hormon 'semangat' yang diperlukan untuk bertanding.
Lalu apa hubungannya dengan foto buah srikaya di atas? oh itu karena setelah mendengar penjelasan Pak Wied, saya jadi tahu kenapa setiap kali saya makan buah kegemaran saya ini rasanya surgaaaaa, bikin sakaw dan nyandu :D Karena saya suka buahnya, saya cari manfaatnya. Wow manfaatnya sekeren buahnya. Apa siiiih :P
fotonya dapet dari sini : srikaya

Sunday, March 11, 2012

Surprise: Nusa Dua Getaway


Dua minggu yang lalu, waktu Sunday Outing ke Ubud itu, si papa sempet ngomong begini : kapan-kapan nginep lagi di Ubud, belum kesampean nginep di Tegal Sari. Mungkin harus mendadak aja ga usah terlalu direncanakan. Trus waktu itu saya bilang, ah udahlah sementara ini ga usah nginep-nginep di hotel dulu. Cukup jalan-jalan begini aja, pulang hari. Nabung...nabung... (maklum barusan bayar uang sekolah Bodhi, jadi penyakit mak-mak ngiritnya kambuh).
Eh tapi siapa nyangka minggu ini kita nginep di hotel, di nusadua pula, bintang 5 pula. Ehtapi gratis dong ya, kalo disuruh bayar sih makasiiii mentahnya aja deh, buat ke Bangkok #lho?? Eh gimana ceritanya kok bisa gratis? Bahkan kalo mau kita bisa nginep disana dari Kamis malam, tapi karena Bodhi sekolah dan papa mama kerja, ya cukuplah weekend aja kita disana. Itu juga udah lumayaaan banget kan. Tapi kenapa bisa dapet gratisan, rahasia aja deh. Ada yang baik hati ngasi kita nginep disana deh pokoknya. Yang jelas bukan karena ingin menyuap supaya dapet project yaaa. Emang siapa kita??? hehehe
Ceritanya kita itu nginep di Novotel Nusa Dua dan kamarnya two bedroom suite. Persis di depan kolam renangnya, dan deket banget dengan kids Club. Heaven for Bodhi & Citta :) Sempet berenang sebentar, tapi anak-anak lebih tertarik ke kids club nya. Disempetin juga ke Beach Club, nyamperin sodara yang kebetulan kerja disana. Niatnya sih cuma ngobrol-ngobrol aja sekalian ke pantainya ngajak anak-anak, tapi sempet dapet compliment minuman gratis #uhuk. Oh ya beach club nya Novotel, terpisah dari area hotelnya, jadi kalo menuju kesana mesti naik shuttle bus punya hotelnya, melewati golf area.
Nah kalo mamanya, apa dong yang paling disuka kalo nginep di hotel? NGgak pusing mikirin masak sarapan :D Dan yang kalo namanya hotel bintang 5 itu, sarapannya buanyak macemnya. Heaven for mama kalo yang ini. Makannya pelan-pelan, dikit-dikit supaya bisa masuk banyak! haha gak mau rugi ya, habisnya kali ini sarapannya enak-enak, selain ada beberapa yang standard seperti american breakfast, ada beberapa menu asia yang variasinya beragam. Ada thai, chinese, indonesian. Indonesiannya pun beragam, dari bubur manado sampe soto bandung, dll. Ah tapi namanya sarapan tetep buah yang paling banyak dimakan. Tetep aja yang lain-lain gak bisa banyak-banyak muat di perut, Ah seandainya bisa disana sampe sore :))
Oh ya sementara kita makan, seperti biasa si koko nggak sabaran gitu kalo udah tahu di tempat itu ada playgroundnya. Nggak sabar makannya, buru-buru pengen udahan, Ih gemes mama. Akhirnya Bodhi diijinkan duluan selesai sarapan dan ke kids club sendirian. Tapi kids clubnya keliatan kok dari restaurant tempat kita sarapan, dan kita liat dia mendaftar sendiri. Ditanyain nama dan umur oleh petugasnya. Ya sudah setelah semua beres sarapan, dede Citta nyusul ke playground. NGgak bisa lama-lama mainnya, karena jam 12 udah mesti check out.
Aish seneng sekali saya weekend ini. Nggak nyangka bisa weekend getaway ke nusadua. Soalnya nggak ada rencana kemana-mana malah dapet hadiah :)
Oh iya nggak banyak foto-foto. Pengen menikmati aja. Nggak juga foto-foto interior kamar atau outdoornya, Saya liat di websitenya sudah mewakili. Jadi kalo ada yang penasaran pengen tahu gimana hotelnya bisa liat-liat di websitenya aja. Yakin banget ada yang pengen tahu yak hehe. Ah siapa tahu aja ada yang mau ke Bali dan nginep di nusa dua bareng keluarga, hotel ini ok kok untuk family.

Friday, March 2, 2012

Kita ke Ubud lagi dong


Ubud...kami datang lagiiii. Iya nih, saya jatuh cinta sangat deh dengan Ubud. Dan kali ini berterima kasih banget mau dianterin lagi jalan-jalan ke ubud, dan hanya kita berempat. Nggak pake rencana, soalnya pengalaman kemaren-kemaren terlalu direncanain akhirnya malah batal.
Ke Ubud kali ini kita nyoba jalur baru, lewat daerah sibang gede namanya. Yang mana ternyata bukan pilihan yang salah, karena jalur itu lebih sepi, lebih 'Bali'. Ih padahal kan udah di Bali ya. Iya lhooo saya berasa belakangan ini kalo daerah Gatot subroto trus menuju by pass Ida Bagus Mantra itu seperti bukan di Bali :( Kebanyakan ruko yang nggak berstyle Bali dan juga rame banget lalu lintasnya. Sementara kalo kita lewat jalur dari Sibang Gede itu, masih berasa ke-Bali-an nya. Fasad luar rumah-rumah nya masih banyak yang style Bali, masih banyak pohon, kendaraan lebih sedikit, masih banyak sawah, indaaah pokoknya. Eh sawahnya juga ada yang bertingkat-tingkat, jadi Bodhi dan Citta bisa liat small waterfall katanya :) Nah karena jalurnya belum pernah kita lewatin (eh kemana aja buuu hehe), selain petunjuk jalan kita sedikit mengandalkan GPS untuk menuju Ubud. Soalnya di petunjuk jalannya nggak spesifik nyebut Ubud. Dan juga karena kita sedikit ragu-ragu waktu masuk jalan Silakarang kok kayaknya panjang bener, takut salah aja. Wih seneng deh nyari-nyari gitu, perjalanan jadi nggak membosankan. Saya kan memang penyuka jalan-jalan yang kalo bisa jangan lewat jalan yang sama. Gak seru aja gitu. Kecuali terpaksa ya. Soalnya kebetulan juga kan anak-anak itu cukup gampang diajak ngider-ngider gak jelas gitu, jadi gak apa-apa deh kalo kita suka nyari-nyari jalur alternatif.
Akhirnya nyampe di pusat Ubud, kita agak bingung nyari daerah Abangan lokasi dari Warung Sari Organic. Sempet berubah pikiran, apa ke localista aja ya nyemil-nyemil cupcake, berhubung udah jam makan siang dan takut anak-anak udah kelaparan. Ehtapi susssah bener nyari parkir di sepanjang jl.Suweta karena berebut sama pengunjung babi guling bu Oka heheheh. Sampai 3 kali mondar-mandir lho gak dapet parkir juga. Akhirnya kita kembali ke rencana semula ke Sari Organic. Nelpon ke warungnya dibilangnya ke arah timur dari pasar ubud, setelah ke timur kok malah nggak ketemu, akhirnya nanya ke orang dibilangnya ke arah barat deket museum Puri Lukisan. Yaelah. Akhirnya ketemu deh warung tujuan kita, yang mana papan namanya memang kecil gak begitu jelas.
Oh iya, sebelumnya saya udah tahu kalo warung ini letaknya jauh di tengah persawahan. Makanya dari dulu mau kesana, kok ya ragu-ragu karena mesti bawa dua toddler ini. Akhirnya kemarin itu nekat pergi karena pertimbangannya Bodhi udah cukup terbiasa jalan jauh, dan Citta bisalah digendong. Hmmm bawa stroller itu cukup susah karena jalannya nggak rata, kan di persawahan :) Sempet nelpon lagi ke warungnya, nanyain kalau aja mereka bisa jemput pake motor. Ehtapi mereka sendiri ragu-ragu karena nggak ada yang bisa jemput (padahal di websitenya juga disebut sih kalo bisa minta jemput). Pihak warung bilang akan diusahakan. Yah tapi feeling kita bilang mereka gak serius mengusahakan, dan akhirnya diputuskan kita jalan kaki aja. Udah lapar juga sih. Begitu masuk mulut gang, udah disapa penduduk disana. Ke Sari Organic ya?? ayo..ayo...silakan... (mungkin dalam hatinya, selamat jalan-jalan berpanas-panas di tengah sawah :P)
Pertama-tama masih jalan paving, sempet nyesel gak turunin stroller dari mobil. Mana panas banget. Jam 12an gitu lho! Ternyata jalan pavingnya pendek aja, cuma sampe ke sebuah villa. Selebihnya jalan tanah tapi untungnya lebih adem karena banyak pohon kelapa dan angin sawah sepoi-sepoi damai. (emang ada ya sepoi-sepoi rusuh?). Di sepanjang jalan, Bodhi beberapa kali sempet mogok. Capek katanya. Hmm gendong sebentar sama mama. Trus dirayu-rayu, akhirnya mau jalan sendiri lagi. Di sepanjang jalan ketemu beberapa pengunjung yang udah balik dari sana. Semua tersenyum, senyum menyemangati tampaknya hahaha. Khususnya mereka banyak yang senyum ke Bodhi. Lucu kali ya ngeliat anak kecil dari kota, bawa ransel jalan dibawah terik matahari di tengah sawah. Dan juga Bodhi meskipun capek, nggak merengek. Dia tetap jalan dengan lompat-lompat riang gembira,ketawa-ketawa. Kayak di film sound of music itu lho, yang jalan lompat-lompat di padang rumput, hihi. Kalo Citta sih digendong terus, tapi dia juga gak rewel kepanasan. Malah cekikikan liat kokonya jalan di belakang dia. Karena sambil lompat-lompat, lari-lari kecil, disangka godain dia kali ya :) Ih pokoknya mereka lucu, bikin saya malu dong kalo mengeluh jalan sejauh itu.
Akhirnya sampailah kita di warung nan jauh di tengah sawah dan ladang itu. Bukan lapar yang dirasakan, tapi haussss. Panas bo! Langsung pesan minuman. Minuman sehat semua lho. Habis itu baru pesan makanannya. Makanannya organic. Dan dalam penilaian saya makanannya enak. Bukan karena lapar habis jalan jauh. Enaknya bukan juga karena bumbunya yang terasa kuat atau gimana-gimana. Tapi enaknya terasa di kesegaran bahan makanannya dan cara pengolahannya. Enak yang lebih dari sekedar maknyuss. Kalo maknyus kan hanya enak di lidah, selesai makan biasanya jadi ngantuk atau begah. Tapi yang ini perut kenyang tapi nggak bikin ngantuk. Eh si koko aja, sampe pup disana 2 kali loh hahaha, saking jadi lancar banget ya pencernaannya. Habis jalan jauh trus dapet makanan sehat berserat qeqeqe. Citta si animal lover juga happy banget karena ketemu segala kupu-kupu, burung, sampe anjing-anjing yang lucu dan sehat (makanan sehari-harinya organic juga kayaknya :D).
Setelah makan, kita...bayar tentu saja. Untuk harga atau total kerusakannya, nggak terlalu mahal untuk ukuran Ubud dan untuk ukuran makanan organic. Setelah bayar tentulah kita diperbolehkan pulang.... dan mulai lagi perjalanan kita menempuh jarak 1km menuju jalan raya hihi. Tapi kali ini Bodhi nggak ada bilang capek, mungkin karena sudah makan ya. Dan karena sudah makan, makanya kita baru sempetin foto-foto.
Banyak yang bisa anak-anak lihat di sepanjang jalan itu, termasuk ulat kaki seribu raksasa hehe. Citta dong ribut, ook....ook...ook... Iya tuh kalo ngeliat serangga dia bilangnya ook alias jorok :D Sampe di mobil, wajahnya semua bersemu merah karena matahari kecuali mama kali ya hehe mama kan lebih tahan matahari secara kulitnya paling eksotis diantara papa bodhi dan citta ;)
Hmmm padahal udah kenyang tapi masih belum rela pulang kalo belum ke localista beli cupcake. Akhirnya kesana deh kita tapi gak terlalu ngarep dapet parkir. Kalo dapet ya syukur, kalo gak dapet ya kita pulang deh, kapan-kapan kesana supaya ada alasan ke Ubud lagi. Ehtapi ternyata memang ya kalo nggak terlalu ngarep itu malah dapet, langsung aja gitu ada parkiran kosong sisa satu. Akhirnya nyangkutlah kita di localista makan cupcake. Pengen juga ke Kou Cuisine, nyoba beli homemade jam nya yang katanya enak banget. Tapi udah rada traumatis susah parkir, ya udah lain kali aja deh kesananya, ya supaya ada alasan lagi pergi ke Ubud :D
Next trip ke Ubud pengennya kita tour de museum. Kan banyak museum keren disana. Semoga bisa terwujud dalam waktu nggak lama lagi.