Sunday, October 23, 2011

Mama Happy?


Apa yang paling berasa nggak bisa lagi saya lakukan dengan leluasa semenjak ada anak-anak? Ada dua sebenarnya. Yang paling berasa, nggak bisa puas-puas baca buku. Soalnya saya lebih suka buku konvensional dibanding e-book. Kalau artikel-artikel pendek, ok lah kalo dibaca di komputer. Kalau yang panjang-panjang, saya lebih nyaman membaca di buku biasa. Faktor mata mungkin berpengaruh juga. Padahal sekarang lebih memungkinkan itu baca ebook, karena lebih praktis tinggal scroll untuk pindah halaman, yang artinya sambil menyusui pun saya masih bisa gampang membaca, Kalau buku biasa kan ribet mesti megangin bukunya, mesti membalik halaman untuk pindah ke halaman lain. Nah sekarang ini juga rasanya mau menyelesaikan satu bab itu udah hebat banget buat saya, sebabnya bisa langsung baca satu alinea tanpa interupsi jarang banget kejadian. Yang lebih sering terjadi saya bolak balik di satu alinea dalam 10 menit. Selalu ada saja yang harus dilakukan atau dijawab untuk anak-anak. Menurut saya sih wajar karena mereka masih dalam usia yang masih banyak perlu bantuan dan sering penasaran. Bukan berarti juga saya nggak mengajarkan mereka mandiri atau tidak mau mengerti kesibukan orang lain, sehingga mereka selalu harus jadi prioritas. Tapi kalau anda pernah mengalami di posisi saya pasti mengerti, segala sesuatu itu perlu proses. Oh ya bahkan untuk bisa mengetik dengan dua tangan, langka banget buat saya.
Satunya lagi, makan pelan-pelan. Duluuuu saya terkenal dengan si makan ala tikus (itu istilah ibu saya buat saya). Makannya sedikit demi sedikit, digerogoti, seperti nggak niat makan. Makanya nggak heran saya kurus, hormon saya lebih sering mengirim sinyal kenyang ke otak gara-gara saya mengunyahnya lama, jadi porsi makannya akhirnya sedikit. Sejak punya bayi, makan cepat itu harus, kalo nggak mau kerjaan yang lain jadi nggak beres. Kalau bepergian atau makan di luar, ah lupakan saja itu prosesi makan pelan-pelan menikmati setiap suapan. Kenapa? Ya, yang punya anak dan bepergian tanpa pengasuh pasti ngerti. Pokoknya saya dan suami harus bagi tugas, supaya semua bisa makan dengan benar. Artinya anak-anak juga makan. Ya tahu sendiri kan kalo nggak diawasi kadang belepotan, kalau dirumah ya ok, tapi kalo di luar ya males banget kalo bajunya kena noda. Walaupun untuk bersih banget saat makan itu hanya bisa 10% untuk citta dan 75% untuk Bodhi. Yah sesuai usianya lah.
Menyesalkah saya? Tentu tidak. Soalnya klise banget jawabannya, masih banyak berjuta hal menyenangkan lain yang saya dapat setelah ada anak-anak. Klise tapi nyata. Mengeluhkah saya? Kalau capek iya saya sering mengeluh hadoooh pegel... arrrgghhhh ngantuk, karena saya bukan wonder woman atau srikandi yang bertulang kawat otot besi yang nggak pernah capek. Pernah cemberut? Sering!! Sampai kadang ada yang terganggu kalau saya mulai cemberut. Tapi cemberut bukan tanda tidak sayang. Saya sayang banget sama anak-anak saya, sampai rasa kelelahan saya rasanya disebabkan karena saya terlalu memaksakan diri bahwa saya bisa mengerjakan semuanya seorang diri, saking nggak mau anak-anak saya dipegang orang lain. Namun sekarang saya mulai berlatih untuk menitipkan anak-anak, mulai berlatih mengatur waktu kapan untuk saya sendiri kapan full untuk anak-anak, yang secara prakteknya masih saja berat rasanya. Mulai belajar tegas, kalau mama juga perlu waktu sendiri, mengerjakan pekerjaan lain selain bermain dengan anak-anak. Mesti belajar "tega".
Nah tega dengan konsisten ini yang susah. Seperti kemarin, gara-gara bodhi nggak mau tidur siang, saya bilang, karena bodhi nggak mau tidur siang mama ngga akan jawab semua pertanyaan bodhi sampe jam 5 sore (saat itu jam 3 sore) soalnya mama capek dan ngantuk. Bodhi konsisten, dia nggak berani ngomong kecuali liatin jam hampir setiap 5 menit sekali dan bilang sudah jam 5 ma. Awal-awal saya masih diem aja, dan Bodhi ngerti akhirnya dia diem. Pas saya liat-liat dia lagi main sendiri, trus saya liat lagi, dia lagi bengong memandang keluar jendela. Siapa yang tega ngeliat pemandangan begitu? Akhirnya diskon sampai jam 4 saja. Dan setelahnya Bodhi kembali baweeeel.
Sering Bodhi bertanya sama saya, Mama happy? Pertanyaan sederhana, tapi terkadang sulit saya jawab, apalagi saat kondisi lelah atau marah karena ada situasi tidak sesuai di hati. Tapi karena dia bertanya seperti itu saya jadi selalu diingatkan, bahagia itu tidak usah jauh-jauh mencarinya, bukan melulu dengan bermeditasi melipat kaki saya berlatih mawas diri. Tapi disaat itulah, saat lelah yang semestinya rentan emosi tersulut, saya berlatih mengontrol emosi dengan bijaksana. Saat kesal, saya tetap sadar untuk tidak berkata-kata menyakitkan. Ya kalau dulu saya bisa ikut-ikutan kelas meditasi atau retreat tapi sekarang tidak bisa karena ada tanggung jawab dengan anak-anak dan keluarga, ya tidak perlu menyalahkan atau menyesali keadaan, tapi beryukur berbahagia lah saya langsung praktek, hands-on istilahnya.
Tapi ada satu hal yang saya belum bisa saya kendalikan yaitu keinginan untuk dimengerti. Dimengerti, kalau saya cemberut bukan berarti saya tidak bahagia dengan keluarga saya. Dipahami saat bicara keras bukan karena saya menyesali keputusan menjadi ibu rumah tangga dan ingin kembali bekerja. Tapi akhirnya selalu berusaha saya kembalikan ke diri sendiri, orang-orang yang melihat saya cemberut, yang mendengar saya bicara keras, bukanlah ahli nujum yang bisa menebak. Mungkin saya juga akan bersikap seperti itu jika menghadapi orang yang cemberut atau membentak-bentak.
Oh ya Bodhi suka nyanyi lagunya Yovie and Nuno yang ini lho: Aku memang manusia biasa, yang tak sempurna dan kadang salah...tapi di hatiku hanya satu cinta untukmu luar biasaaaaa..... (sekarang citta juga ikut2an bersenandung). Nah, ajaib bukan? Dari bertanya tentang kebahagiaan saya dan bernyanyi tentang ketidaksempurnaan manusia. Mereka mahluk-mahluk kecil yang lahir dari rahim saya itu, selalu dan selalu mengingatkan saya bahwa hidup itu indah :)

1 comment:

Anonymous said...

ngerti banget mbak, setuju dengan kalimat "saya bukan wonder woman atau srikandi yang bertulang kawat otot besi yang nggak pernah capek", ibu itu juga manusia biasa kan :)

dan bener juga klo selama ini orang suka komen krn melihat dari luarnya aja dan kadang mau tau urusan kita karena kepo bukan karena perhatian :D