Tuesday, May 25, 2010

Kok ada rasa cemburu?

Cemburunya bukan ama siapa-siapa, tapi sama mbak yang tiap hari dateng ke rumah untuk bantu-bantu setrika dan bersih-bersih rumah. Dan yang bikin mama ngerasa cemburu, siapa lagi kalo bukan Bodhi.
Mungkin karena selama ini Bodhi sangat lengket sama mama -dan itu dulu sempat bikin mama deg-deg an dan sedikit putus asa - maka begitu dia mulai membagi perhatiannya ke orang lain, mama jadi cemburu. Kalo sama papa sih nggak cemburu, malah seneng kalo Bodhi sering-sering sama papa, me time nya mama kan nambah hehehe. Tapi kenapa sama si mbak ini ada rasa gimanaaa gitu ya. Mungkin nggak ya karena dia termasuk 'orang lain'. Begini juga nggak ya yang dirasakan ibu-ibu yang anaknya lebih lengket sama pengasuh atau orang lain selain dirinya. Padahal ya Bodhi paling lama juga setengah jam main sama si mbak, tapi dia mulai terbiasa dan kadang malah lebih pengen ditemenin si mbak pas main. Mungkin nggak ya karena si mbak lebih nurut ke Bodhi, kalo mama kan kalo lagi ada kerjaan bakalan delay dulu main sama Bodhi nya, sementara sama si mbak dia bisa minta ditemenin kapan aja. Duh...mungkin...mungkin...banyak banget mungkinnya. Begini rasanya mencemburui anak ya. Gimana nanti kalo dia udah gede, lebih banyak main sama temennya, terus punya pacar, terus banyakan jalan-jalan sama pacarnya, trus...trus....
Duh, maunya sih nggak ada rasa cemburu, itu namanya keterikatan kan ya. Dan keterikatan sumber penderitaan dalam hidup. Maunya juga nggak terlalu mikir yang aneh-aneh, kalau nanti dia begini, kalo suatu saat dia begitu... Itu namanya memikirkan yang belum terjadi dan belum pasti, dan lagi-lagi itu sumber penderitaan dalam hidup.
Memang bener ya punya anak itu sumber inspirasi dan sumber pembelajaran. Kata orang, siapa suruh punya anak? Ya terima resikonya. Heeee itu pikiran orang sirik ajah hehehehe. Punya anak kan pilihan dan mungkin termasuk sebuah kesempatan yang diberikan ke kita untuk terpilih menjadi orang tua. Jadi ketika dulu ingin punya anak, dan sekarang udah diberikan kesempatan itu, maka.... mama harus jadi orang tua yang bertanggung jawab, yaitu bertanggung jawab pada diri sendiri dan pada anak-anak tentunya. Pada diri sendirinya, yaitu harus bisa mengambil setiap peristiwa sebagai orang tua sebagai sumber mencapai pencerahan sempurna. Dan tanggung jawab pada anak-anak adalah membimbing mereka menemukan jalan menuju pencerahan sempurna. Ugh...kok rasanya berat ya, menjadikan diri sendiri dan orang lain sebagai calon Buddha. Tapi seperti kata guru mama dan juga Sang Guru Agung yang Telah Mencapai Pencerahan Sempurna, tiap orang mempunyai bibit kebuddhaan, jadi mama nggak boleh berpikir itu mustahil ya. Semangat ya mama :)
Dan mungkin dengan bisa memanage rasa cemburu ini, mama mendapat sebuah tambahan pembuka jalan untuk mencapai pencerahan. Sadhu....

2 comments:

Anonymous said...

aku juga suka gitu kok mba, suka cemburu sama pengasuhnya alden, untungnya alden pengertian, klo ada aku pasti dia lebih milih aku dibanding pengasuhnya :)

Luh Ayu said...

iya nih Deb, bisa cemburu sama anak yah kita hehe