Thursday, July 16, 2009

Hati-Hati Lho...

Kalau sayang anak maka berhati-hatilah bertingkah laku dan berkata-kata di depan anak. Ini pengalaman pribadi dan semoga saya bisa menjaga prilaku dan perkataan sehingga tidak mengikuti contoh yang hmmm kalau boleh dibilang kurang baik ini. Memang sih saya sebagai ibu juga jauh dari sempurna, sehingga tidak layak menilai baik dan buruk nya. Tapi sesungguhnya saya bersyukur ditunjukkan contoh seperti ini, supaya jangan ditiru karena saya sudah tahu hasilnya adalah keburukan.
Awalnya saya tidak begitu menyadari perilaku anak ini selain sebagai kebandelan anak-anak atau kecerewetan anak kecil. Walaupun usianya sudah 12 tahun tapi tingkah laku boleh dibilang kalah oleh anak kelas 2 SD. Setiap orang lain berkata sesuatu maka si anak akan langsung berkomentar. Setiap ucapan langsung dicounter tanpa pikir panjang. Pokoknya kalau kita bilang 1 dalam hitungan detik dia langsung bicara -1. Begitulah selalu dia cari kontranya, walaupun sepertinya dia tahu yang dia bilang itu salah. Pokoknya dia hanya ingin berkomentar tapi yang sebaliknya. Melihat kecepatan dia mencari lawan kata ataupun usahanya menyanggah menurut pandangan saya anak ini cerdas. Setelah beberapa hari saya juga mulai menyadari bahwa bukan hanya si anak yang bersikap seperti ini, tapi ibunya juga!!! Setiap saya bercerita apa, dia tidak mau kalah dengan cara memojokkan saya. Padahal saya tidak meminta komentarnya, saya hanya bercerita. Si ibu ini juga sangat jarang berkata yang netral apalagi positif, selalu negatifnya atau dia yang lebih plus. Dan kecepatannya menyanggah juga sama hebatnya dengan si anak, dalam hitungan detik!! Jadi tidak mungkin kan si ibu yang meniru si anak?? Ya benar sekali, si ibu sudah memberi contoh pada si anak. Dan yang lebih parah lagi, setiap kali si anak bertingkah seperti itu, si ibu marah-marah dengan mengata-ngatai anaknya. Misalnya dengan mengatakan: "jangan banyak komentar!!" atau "kamu ya kelakuan seperti anak TK" atau "pantaslah di sekolah nggak ranking, ngomong sembarangan melulu kerjanya!!". Miris mendengarnya, dia tidak menyadari kesalahan yang dia lakukan, tapi malah menghakimi si anak, lalu menghubungkannya dengan rangking di sekolah. Sangat tidak masuk akal. Pantas saja semakin lama saya perhatikan si anak ternyata minder. Ke tempat ramai dia takut, lebih senang di rumah daripada diajak jalan-jalan ke keramaian. Mungkin ini ada hubungannya ya dengan penghakiman yang dilakukan oleh si ibu bahwa dia bodoh karena tidak rangking satu, bahwa dia si biang kerok yang selalu bicara sembarangan.
Memang hal-hal seperti mendidik anak sulit dalam penerapannya, tapi bukannya tidak mungkin. Tidak semudah teori di buku atau saran para psikolog. Keadaan di lapangan berbeda dengan yang di atas kertas. Saya juga tahu tantangan saya masih banyak dan perjalanan masih sangat panjang, makanya saya berterima kasih sekali diberi contoh-contoh seperti ini.

2 comments:

Anonymous said...

Emang tuh Mba bener banget, kadang orangtua ga sadar kalo udah memberikan pengaruh yang ga baik ke anaknya...

trus yang saya suka sebel kadang ada orangtua yg suka 'main tangan' ke anaknya di depan umum, yg menurut saya ga pantes banget utk dilihat... bener2 miris lihatnya, rasanya pengen ngomelin tuh ibu2 tp ga mungkin lah ya ;p

d e p e z a h r i a l said...

fiuhh.. apakah anak saya akan jadi pengembat makanan? gak bisa ngeliat amakanan nganggur? oh no... dia sepertinya akan menjadi seperti maknya yang merupakan mesin cuci piring hidup, seorang Pemalu.. perempuan makan melulu... tidaaakkkk.. *lebay*