Friday, August 26, 2011

Ke Luar Negeri Untuk Makin Mencintai Indonesia

Hahaha kenapa ya saya nulis judulnya seperti itu? Mau cinta negeri sendiri kok sebegitu repotnya. Bukankah memang banyak cara untuk memperbaharui cinta? cieeeh. Seperti halnya ada bulan madu kedua ketiga dan seterusnya. Terkadang kita harus keluar dari cangkang untuk mampu melihat diri secara utuh. Sebelum protes lebih lanjut dan saya semakin banyak mengutip kata-kata bijak orang lain, begini ceritanya....dan ada hubungannya dengan jalan-jalan kami sekeluarga ke Singapura awal agustus ini. Liburan singkat, hanya 4 hari tapi cukup membangkitkan cinta tanah air saya dan ingin juga saya tularkan pada anak-anak saya.
Gara-garanya anak-anak dibagikan bendera singapura pas naik Singapore Flyer, karena kebetulan disana juga suananya menjelang ulang tahun negara Singapura. Mereka tentu girang banget, terutama Bodhi yang sudah tahu bendera tapi belum pernah sekalipun memegangnya. Ya salahkan saya yang belum pernah memberikannya bendera setiap agustusan :) Kalau Citta senang karena bendera kan bisa dia goyang-goyang dan berkibar-kibarlah sang bendera, sesuatu yang pasti disukai anak kecil bukan? Dan benderanya itu kualitasnya lumayan, dari kain, bertangkai plastik tebal. Bukan dari bahan kertas minyak seperti yang umumnya buat mainan anak-anak Indonesia hehehe. Hmmm dari situ saya melihat, pemerintah Singapura begitu memperhatikan cara-cara untuk mengenalkan tanah air kepada generasi muda bangsanya. Minimal dari kecil sudah tahu benderanya warna apa kan. Dan kualitas benderanya itu lho, sampe sekarang juga masih bagus dan masih jadi salah satu mainan anak-anak di rumah. Saya jadi membandingkan bendera kertas minyak yang dibagikan di sekolah Bodhi yang sampai di rumah juga udah lecek kemana-mana dan tangkainya udah protol lepas. Aih, saya tidak bermaksud untuk terus membanding-bandingkan Indonesia dan Singapura, apalagi membandingkan kebersihannya,dimana halte busnya aja iseng saya colek-colek dan hampir semua bagian nya tidak berdebu. Nggak tahu ya kalo di atapnya, nggak nyampe ke atap soalnya nyoleknya. Dan saya lebih malu hati kepada diri sendiri, sampai hampir 4 tahun usianya Bodhi tidak tahu kalau dia tinggal di negara Indonesia, dia hanya tahu bahwa dia tinggal di bumi dan bukan di bulan. Dan saya tidak mau menyalahkan pemerintah yang tidak memperhatikan hal-hal kecil seperti ini, tapi sayalah yang salah. Segala sesuatu berawal dari rumah bukan? Dan boleh dibilang salah satu hasil liburan kami kemarin, Bodhi sudah tahu jika ditanya dia itu anak Indonesia hahaha. Karena saya cerewet menanyainya terus tinggal di negara mana? Awalnya sih dia masih sambung-sambung "Indonesia Singapore Flyer". Tapi lama-lama udah dibilangnya Indonesia aja titik hehe. Nggak tahu kenapa dia selalu gabungin sama Singapore Flyer, jangan-jangan bendera itu memang berkesan banget buat dia juga ya. Atau karena selama di penerbangan dia denger terus kalimat "...Indonesia Air Asia..." nah karena ke Singapura jadi dia iseng aja gitu gabung-gabungin hihi. Entahlah, biarkan itu menjadi misteri deh. Trus sepulang dari liburan, saya jadi rajin aja gitu nyanyi-nyanyi lagu perjuangan, padahal sebelumnya gak pernah lho saya nyanyi semacam garuda pancasila, indonesia tanah airku, halo-halo bandung dan Indonesia raya. Jadinya Bodhi cukup terheran-heran kalo ada ya lagu-lagi seperti itu haha sebelumnya ya paling dia tahunya twinkle-twinkle, tik tik bunyi hujan dan theme song Thomas tentu saja :D


Memang bener ya, terkadang cukup mahal harga sebuah pelajaran. Gimana gak mahal coba, berapa juta itu dikeluarkan hanya untuk mengingatkan mamanya kalau anaknya belum ngeh dia tinggal di negara mana. Tapi daripada tidak ada hasil sama sekali studi bandingnya eh liburannya, selain belanja souvenir. Yaaaa kami memang tidak shopping kesana. Kan ke Singapura tidak harus shopping ya, apalagi bekal pas-pasan :D

Mungkin banyak yang menyergah, ah kalau mengajarkan anak cinta Indonesia kenapa harus ke luar negeri. Justru harus jalan-jalannya di dalam negeri dong. Nah sekali lagi saya kasih tahu nih ya...atau mau dikasih tempe juga?? hihi, seringkali kami melakukan sesuatu karena memang kami ingin melakukannya dan terkadang tanpa tujuan tertentu semisal dalam hal ini ingin menanamkan cinta tanah air. Ah itu awalnya terlalu tinggi buat saya untuk dikenalkan kepada anak saat ini. Saya memang ingin saja kesana, ingin mengenalkan suasana berbeda kepada anak-anak, suasana yang tidak macet serba teratur dan serba dipikirkan konsepnya. Terlalu dini??? Ini sih relatif ya. Mumpung untuk saat ini semua faktor mendukung, maksudnya ada penerbangan yang cukup murah, regulasi bebas fiskal sudah berlaku juga masalah cuaca yang tidak berbeda dengan Bali. Bayangkan kalau saya jadinya pergi ke Australia yang sedang musim dingin sekarang, berapa biaya yang harus saya keluarkan untuk biaya fashion saja? Bisa-bisa disana kami hanya merebus mie instant untuk makan karena bekal sudah habis untuk beli baju-baju tebal :D
Jadi sekarang jika ditanya Bodhi tinggal di negara mana? Dia jawab Indonesiiiiiyaaaa. Kalau ditanya, Bodhi bangga jadi anak Indonesia? Dia sih jawab iya hihihi padahal saya yakin dia sih belum tahu apa makna bangga. Mungkin saja dia hanya menjawab iya untuk menyenangkan hati saya. Tapi itu pelan-pelan saja lah, supaya kata bangga nya bukan hanya di mulut saja nantinya, biar bangganya itu menjelma menjadi rasa tanggung jawab untuk menjadikan Indonesia negara yang lebih baik, yaaa setidaknya nanti dia berbuat sesuatu yang bisa membuat Indonesia bangga dan pasti berbanding lurus dengan kebanggaan yang dirasakan untuk dirinya (maaf ini memang harapan lebay setiap ibu ya setidaknya ibu itu adalah saya). Dan nanti besar saya berharapnya dia tidak hanya pintar membanding-bandingkan apalagi mencela negaranya terus menerus. Tapi setidaknya dia tahu bagaimana caranya untuk membuat dirinya sendiri bahagia tinggal di negara ini. Eh dari tadi yang disebut-sebut Bodhi, ini semua juga berlaku buat Citta lho ya... dan ini jadi pelajaran buat saya untuk mengenalkan kepada Citta bahwa dia tinggal di negara Indonesia, menghirup udara Indonesia, tempatnya dilahirkan. Urusan nanti dia tinggal di negara lain setidaknya untuk saat ini ya dia tinggalnya di Indonesia kan.
Saya tidak ingin mengakhiri catatan saya kali ini dengan harapan-harapan yang terkesan patriotis cenderung lebay. Kesimpulan saya cuma satu, dimanapun anak-anak saya tinggal mereka bisa membahagiakan dirinya sendiri, disini senang disana senang dimana-mana hatinya senang, Seperti itulah kira-kira. Oh ya satu lagi, jangan hanya bisa jadi orang yang hanya pedas mengkritik tapi tak bisa menyodorkan air segar penawar kepedasan-kepedasan yang dirasakan (efek makan rujak mangga kalo ini sih bukan gara-gara pulang liburan).

2 comments:

Mamana Clo said...

mustinya pas banget tuh kalo kemaren pulang dari sg bisa ikut acara tujuh belasan.. buat melengkapi pengenalan ttg indonesia :)

Luh Ayu said...

iya memang pas banget mom, makanya dia bisa kenal bendera merah putih karena dibagi2 bendera di sekolahnya :)