Tuesday, February 23, 2010

Ibu Bekerja vs Ibu Rumah Tangga

Kemarin saya membaca postingan seorang ibu di multiply. Si ibu (yang notabene adalah ibu bekerja) itu bete banget, karena di comment begini di status FB nya: "Hidup IRT (ibu rumah tangga), mendingan ngerjain sesuatu yang udah jelas pahalanya". Hmmm walaupun saya IRT alias FTM juga, saya bisa ngerti kenapa si ibu itu bete. Bawa-bawa pahala pula, seperti yang comment itu yang menentukan pahala seseorang yak.
Ternyata sesama wanita pun saling tidak menghargai, bagaimana dong mau disetarakan dengan laki-laki. Seharusnya sesama wanita, saling mengerti saling memahami. Apalagi itu 'cuma' teman di FB atau teman di dunia maya. Yang jelas-jelas kita nggak tahu bagaimana kehidupan seseorang sebenarnya. Jangan dong cuma sebatas status di FB, sebatas tahu secuil tentang seseorang kita lalu merasa berhak menghakimi. Gak ada yang lebih mulia, gak ada yang lebih hebat kalau hanya dilihat dia ibu bekerja atau ibu yang full di rumah saja, atau ibu di rumah tapi nyambi kerja. Yang menentukan itu kualitasnya. Dan yang berhak menilai dia ibu yang baik, dia ibu yang hebat adalah suami dan anak-anaknya. Kita tidak juga bisa sekedar melihat yang kasat mata seperti prestasi sekolah anaknya tapi yang lebih penting bagaimana perasaan si anak. Dan itu kita nggak akan pernah kita tahu 100 persen kan?
Saya, pernah menjalani 2-2 nya. Menjadi istri bekerja, kemudian ibu bekerja (walaupun sebentar) dan sekarang ibu rumah tangga. Saya tahu bagaimana rasanya berada dalam dilema. Walaupun akhirnya keinginan berhenti bekerja lebih besar dan mengalahkan ketakutan tidak berpenghasilan tetap lagi, saya tidak bisa bilang saya sudah menjadi ibu yang baik. Yang penting sekarang bukan predikat, tapi yang terpenting keiklasan menjalani apa yang sudah menjadi pilihan. Saya mengerti seberapa kemampuan saya dalam membagi waktu, dan itu yang menjadi pertimbangan saya dalam menentukan pilihan. Saya tidak akan pernah menghakimi seseorang, apalagi seorang ibu!! Karena saya sudah tahu rasanya menjadi ibu. Tidak ada ibu yang tidak sayang anaknya. kalau ada kejadian ibu (amit-amit) membunuh anaknya sendiri, yang kita tahu hanya sebuah kejadian akhir, kita tidak tahu yang melatarbelakangi walau bagaimanapun juga tindakannya tidak bisa dibenarkan.
Seperti yang sudah pernah beberapa kali saya posting sebelumnya, ketika saya berhenti bekerja dan memilih menjadi ibu rumah tangga, tidak jarang saya menerima tatapan mata kasihan bahkan merendahkan. Tapi apakah karena diperlakukan demikian saya lalu berhak membalas dengan mencari-cari kekurangan dari pola asuh atau pilihan berkarir orang tersebut? Tentu tidak dong. Dulu saya sebal, bete, sedih. Tapi dengan berjalannya waktu, setiap kali diperlakukan demikian perasaan saya hanya satu, saya bahagia!! Dan itu cukup. Berbahagia karena apa? Karena saya menjalani sesuatu yang menjadi pilihan saya sendiri, bukan paksaan pihak lain, pun oleh suami saya.
Lalu ketika seorang sahabat yang masih bekerja berkeluh kesah kepada saya tentang sulitnya membagi waktu, perasaan tertekan karena meninggalkan anak sementara di kantor masih tertekan karena dianggap tidak total 100% dalam bekerja oleh atasan berhubung belakangan cukup sering ijin karena anak sakit. Apakah berhak saya bilang: "makanya...siapa suruh kerja, sekarang rasain sendiri deh". No.....semoga hal seperti itu tidak pernah terlintas dalam pikiran saya. Karena seperti saya bilang sebelumnya, saya tidak pernah tahu 100% bagaimana latar belakang seseorang, walaupun dia seorang sahabat. Dengan kondisi saya yang masih serba terbatas ini, saya hanya bisa menjadi pendengar, menghibur, menguatkan, dan berdoa tentu saja semoga dia segera menemukan jalan keluar terbaik dari semua masalah ini. Apakah dengan berhenti bekerja? Jika memang itu menjadi pilihan semoga bukan karena terpaksa.
Jadi kesimpulannya, ya....masih bingung kalo ada sesama wanita sesama ibu yang tega saling menyakiti perasaan. Kalo bisa ayo dong saling menjaga, menghargai, mendukung. Kan damai dunia hehehe.

13 comments:

Bunda Raka said...

ngobrol di ye em, atau baca postingan mom Ayu nih emang selalu bikin hati tentram :D
saya sampai saat ini masih memilih untuk bekerja, dengan konsekuensi bla bla bla banyak lah ga perlu dijelaskan. Tapi saya sangat menghargai para FTM karena saya belum bisa memilih untuk menjadi seperti mereka. ya ya ya semua adalah pilihan. salam buat Bodhi n si kecil ya mba :)

Luh Ayu said...

iya def, semua adalah pilihan, jadi saling menghargai aja :)

Keke Naima said...

sy juga gak ngerti kl masih aja ada yg beda2in antara IRT & ibu bekerja. Dulu sy rajin ikut milis & topik ini kyknya termasuk sensitif. sering bgt ribut antara IRT & ibu bekerja. Kadang sy suka jadi males bacanya, abis gak ngerti knp juga hrs di ributin

Luh Ayu said...

iya betul mba, ini hal sensi kalo dibahas, tapi masih banyak aja yang suka ngebahas ya. Padahal banyak hal lain yang lebih penting buat dibahas hehehe

ncies said...

suka banget baca postingan mba...wise banget..saya seneng banget dengan tulisan mba, ijin kutip ya mba.
salam buat bodhi :)

Luh Ayu said...

waduh ncis bisa aja, tapi seneng kalo memang bermanfaat. silakan dikutip, bkn dikutip pajak kan wkwkwk. salam balik dari bodhi buat dek anya yang pinteeer...

bunda azzam said...

bagus banget mba postingannya, kebetulan aku kerja tapi pengen banget bisa jadi ftm, mudah-mudahan bisa suatu saat nanti...amiiiin
salam kenal juga ya mba

Luh Ayu said...

halo bunda azzam, thanks udah mampir. salam kenal juga, sekarang mau main ah kesana :)

dina said...

Salam kenal bunda :) , judulnya jadi inget postingan sendiri, Semuanya adalah pilihan , dan setiap pilihan ada konsekuensinya. Pingin jadi Ibu RT, tapi ... saat ini masih harus bertahaan dulu jadi ibu bekerja

Luh Ayu said...

Hi Bunda Dina, salam kenal juga. Maaf ya baru balas comment nya :) iya apapun pilihannya, pasti ada alasan dibalik itu.

OverTheRainbow said...

Bagus sekali Mbak. Saya ijin copy ya ke fb.

Unknown said...

Haloo.. Saya setuju, sebaiknya kita sesama wanita nggak saling merendahkan.. Tapi untuk mengimbangi banyaknya suara yang mendukung wanita karir, saya juga menyuarakan suara saya untuk mendukung para ibu rumah tangga fulltime. Sama sekali bukan untuk menjatuhkan wanita karir, tapi motivasi saya sebenarnya adalah keinginan agar kita semua memberikan yang terbaik untuk anak, yang bisa membahagiakan mereka. www.iburmhtangga.blogspot.com

Unknown said...

Haloo.. Saya setuju, sebaiknya kita sesama wanita nggak saling merendahkan.. Tapi untuk mengimbangi banyaknya suara yang mendukung wanita karir, saya juga menyuarakan suara saya untuk mendukung para ibu rumah tangga fulltime. Sama sekali bukan untuk menjatuhkan wanita karir, tapi motivasi saya sebenarnya adalah keinginan agar kita semua memberikan yang terbaik untuk anak, yang bisa membahagiakan mereka. www.iburmhtangga.blogspot.com