Monday, June 11, 2012

Not For Sale


Hari ini sedang galau akibat PMS. Kepala agak cenut-cenut, produksi gas di perut meningkat, akibatnya deg-deg an nggak jelas dan sensi.
Akhirnya merangkai bunga. Merangkai bunga bukan berdasarkan pesanan orang lain, tapi pesanan sendiri sesuai kata hati. Kenapa saya bilang sesuai kata hati, karena rangkaian ini tidak harus pakai bunga yang begini begitu, tidak harus banyak bunga (yearite... kebanyakan pemesan bunga itu pengennya rangkaian bunga yang besar dan banyak bunganya tapi kalau bisa harga ekonomis). Tidak ada tema, tidak mesti warna tertentu. Pokoknya merangkai sesuka hati, demi menghilangkan galau. Cukup berhasil, cenut-cenut di kepala mulai berkurang bahkan setelah mandi dan makan buah juga sayur, akhirnya hilang tuntas termasuk gas yang bikin napas jadi pendek-pendek.
Selama merangkai saya berpikir, ternyata menata bunga dalam sebuah wadah itu sama seperti kita menata perasaan dan pikiran kita dalam sebuah wadah yang disebut kehidupan. Selama merangkai saya selalu tergoda untuk menambah lebih banyak lagi bunga dan daun. Sepertinya akan lebih indah kalau ditambah bunga di sisi ini, sepertinya akan lebih menarik jika disisipi daun di sebalah sana. Saya menduga dan merasa selalu ada yang kurang. Hmmm saya merasa kok mirip ya dengan bagaimana saya seringkali merasa akan lebih bahagia kalau bisa keliling Eropa sekarang ini, lebih keren kalau saya bisa menerbitkan buku, lebih hebat kalau florist saya bisa menangani proyek-proyek wedding besar dan bergengsi. Saya sibuk menambah label-label dalam hidup saya karena saya pikir yang sekarang ada ini masih kurang. Saya lupa sampai akhiranya rangkaian itu terlalu sesak, terlalu banyak yang bagus sampai akhirnya tidak ada lagi yang menonjol, semua berlomba ingin terlihat terbaik. Akhirnya yang saya pikir akan terlihat keren malah jadi terlihat biasa. Untung sih saya belum seambisius itu, bahkan kadang ada yang menganggap saya terlalu santai. Tapi sekali lagi saya beruntung, karena baru membayangkan saja saya sudah bergidik ngeri, saya takut jadi manusia ambisius yang terlalu sibuk menambah label diri. Dari merangkai bunga ini saya belajar satu hal: harus bisa menahan diri.

Setelah saya selesai merangkai bunga, saya mematut-matutnya seperti biasa seperti yang saya lakukan jika  merangkai bunga. Tapi karena kali ini merangkai bukan atas pesanan siapa-siapa, saya jadi tidak merasa bertanggung jawab untuk membuat sebaik mungkin, sehingga tanpa sadar saya lepas kontrol tidak memperhatikan keseimbangan rangkaian itu. Semestinya, beberapa saat sekali saya harus melihat dari jarak yang lebih jauh, memastikannya sudah sedap dipandang dan bisa segera menyadari jika ada yang tidak sesuai. Tapi namanya merangkai sesuka hati, hal itu tidak saya lakukan. Hasilnya, rangkaian yang seharusnya hadap depan menjadi miring sekian derajat sehingga mempengaruhi sudut pandang. Pelajaran lagi: jangan terlalu abai terhadap diri sendiri. Berusaha menyenangkan orang lain, tapi tetap harus ingat menyenangkan diri sendiri. Yang seimbang, itu yang terbaik.

Tapi mau diubah lagi, sudah terlalu sore. Jadi saya terima saja apapun hasilnya. Saat diletakkan atau difoto nanti dipilih sudut yang paling pas saja, sudut pandang dan cara memandang mempengaruhi object yang dilihat bisa menjadi tampak lebih baik atau sebaliknya. Dan sebagai manusia yang ingin melihat hanya yang baik tentu sangat masuk akal jika saya nanti memilih posisi yang terbaik yang bisa menghasilkan pencitraan yang indah bagi mata saya untuk melihatnya. Nah begitu juga jika suatu saat saya melakukan kesalahan, semoga saya bisa secara bijaksana melihatnya dari sudut pandang yang dapat membawa kekayaan bathin  bagi saya.

Seperti halnya saya selalu ingin menambah pengetahuan dan keahlian saya tentang merangkai bunga, demikian pula niat saya untuk selalu menyeimbangkan hidup semoga terus dan terus ada.

No comments: